Arung Jeram
Disusun Oleh: Kurniawan Edi Nugroho
Foto foto: Pendidikan Divisi Rafting RECHTA MAHUPALA UMS
Abstrksi
Berperahu mengarungi sungai berarus deras. Bunyi gemuruh riak air mengiringi dari awal hingga akhir. Menaiki lidah-lidah air, tubuh kadang kala akan terombang-ambing sambil harus terus mendayung. “Dayung maju!” teriak skipper sesaat perahu akan masuk jeram, lalu disusul “Potong-potong!….dayung kuat!” ketika bagian depan perahu terangkat keatas tepat ditengah jeram, semua mendayung dengan sekuat tenaga. Di akhir jeram, harus menghindari belokan sungai, “Kiri mundur….dayung maju!!!” teriak skipper ketika melihat arus eddies di depan kirinya. Perahu memasuki eddies lalu berputar-putar mengikuti arus, semua menarik napas lega "Stop!" teriak skipper. Sesaat kemudian skipper berkata “ dayung maju Kuat…!!!”
Kadangkala kondisi yang tidak kita inginkan bisa saja terjadi, misal salah seorang awak perahu terlempar keluar dari perahunya saat menghadapi jeram ataupun saat menghadapi kondisi perahu trapp saat menerjang batu besar yang membelah arus air yang deras dan ataupun ketika akhirnya semua awak terlempar keluar dan perahu terbalik ketika melewati hole yang kuat.
Demikian (Olah Raga Arus Deras) ORAD termasuk salah satu Kegiatan Alam Terbuka (KAT) yang memiliki resiko tinggi. Resiko tersebut dapat dikurangi bila sebelum pengarungan dilakukan persiapan yang baik. Persiapan yang baik adalah belajar dan belatih dengan baik, secara teknis, ketrampilan, maupun pengetahuan dan perlengkapan
Portageing |
I. PENDAHULUAN
ARUNG JERAM atau rafting adalah kegiatan yang memadukan unsur olahraga, rekreasi, petualangan, dan edukasi. Memang tak ada persyaratan khusus untuk mengikuti kegiatan ini, karena hampir semua orang dapat mencobanya. Mulai dari anak-anak, remaja sampai dewasa, bahkan orang tua yang berumur 60 tahun sekalipun.
Tidak memiliki kemampuan berenang pun bukan menjadi hambatan untuk mengikuti kegiatan arung jeram. Yang anda perlukan hanya kondisi fisik yang prima, persiapan yang matang, pengetahuan alat yang baik, serta kesadaran akan resiko. Guna menunjang kegiatan dan agar kegiatan arung jeram yang akan anda ikuti lebih safety. Arung jeram sangat jauh berbeda dengan tubbing, yang tidak memerlukan skill khusus, berikut ini panduan Kegiatan Arung Jeram.
II. PERALATAN ARUNG JERAM
A. PERAHU
Perahu dalam pengarungan haruslah tahan dari benturan dan abrasi (dari bahan sintetis antara serat nylon dengan EPDM (karet sintetis), PVC, Neoprene, dan Hypalon, perahu haruslah dapat mudah dikendalikan. Perahu yang biasanya digunakan dalam arung jeram saat ini memiliki sistem pengeluaran air sendiri (Self_Bailer) maksudnya lantai dari perahu diisi dengan udara dengan harapan lantai akan tetap mengapung diatas permukaan air sehingga dengan sendirinya air dapat keluar melalui lubang disekeliling perahu.
Berdasarkan bentuk, perahu dibedakan atas :
a. Perahu karet, perahu yang terbentuk dari tabung udara dan terbuat dari karet berserat. Dalam tabung terdapat sekat-sekat yang berbentuk sel atau ruangan yang terpisah, sehingga jika satu bagian bocor maka yang lain tidak akan terpengaruh. Perahu karet dikategorikan menjadi 2 tipe :
- Landing Craft Rubber (LCR). Perahu berbentuk seperti tapak kuda dan bagian belakang terdapat kayu.
- River Boat. Perahu berbentuk oval khusus untuk mengarungi arus deras.
b. Perahu lesung, dapat dibedakan menjadi 2 jenis :
- Kayak. Perahu dengan bentuk lancip pada bagian depan dan belakangnya.
- Canadian Canoe (kano). Perahu dengan bentuk sama seperti kayak, hanya lebih lebar.
c. Dorry (sampan), perahu bentuk lancip, terbuka dan lebih lebar dari canoe. Ukuran panjang 5,5 m dan lebar < 2 m.
d. Cataraft, perahu yang dibuat dari dua, tiga atau empat tabung karet berisi udara, disatukan dengan menggunakan frame dari kayu dan alumunium.
e. Inflatable, Perahu rakit yang dapat dipompa. Dapat digunakan dengan tenaga manusia atau dengan tenaga mesin (Inflatable boats). Digunakan untuk perairan laut atau danau.
Base Marine merupakan River Boat yang recommended |
Kita hanya akan membahas lebih lanjut tentang river boats saja (Selanjutnya akan kita sebut Perahu)
Bagian-bagian yang terdapat pada perahu:
1. Bow and Stern
2. Chamber atau biasa disebut tube
3. Floor
4. Thwart
5. Boat line (tali kapal)
6. D-Ring
7. Handling Grip
8. Bilge Hole/self bailing
9. Valve (katup udara/ klep pompa)
10. Anchor
Cara duduk di perahu berbeda dengan cara duduk di kursi, yaitu dengan menyamping. Peserta duduk pada sisi perahu (baik sisi kiri maupun sisi kanan); kaki dalam posisi kuda-kuda pada lantai perahu. Posisi kuda-kuda ini dimaksudkan sebagai pengatur keseimbangan badan selama anda mengikuti pengarungan. Saat duduk di perahu, perhatikan jangan sampai ada bagian tubuh anda yang terikat atau terlilit tali. Ini sangat berbahaya jika perahu mengalami flip atau terbalik.
Posisi duduk anda pun harus mudah untuk menggapai boat line. Bila boat line pada perahu anda terlihat kendur, beritahukan segera pada skipper untuk mengencangkan boat line tersebut agar tidak mengganggu selama pengarungan.
Aturlah jarak duduk anda dengan peserta yang lain agar tidak mengganggu pergerakan selama pengarungan, baik untuk mendayung maupun saat menjalankan instruksi moving position atau perpindahan.
B. PFD (Personal Floating Device)/ Life Jackets (Pelampung)
Personal Floating Device/ Life Jackets type III |
Pelampung yang digunakan dalam kegiatan arung jeram memiliki desain yang khusus dibanding pelampung rescue pada umumnya. Di bagian bahu didesain lebih kecil yang dimaksudkan agar memudahkan pergerakan saat renang jeram. Serta memiliki bantalan tengkuk dan bagian belakang kepala. Seperti perahu, PFD atau pelampung memiliki berbagai jenis dan ukuran. Ia terbuat dari bahan polyfoam yang dibungkus dengan bahan kedap air yang berwarna terang. US Coastal Guardmenganjurkan memakai PFD type III pada setiap kegiatan arung jeram. Pelampung jenis ini yang paling umum digunakan pula oleh para rafter dalam setiap pengarungannya.
Setiap PFD Type III memiliki daya apung tinggi– dihitung berdasarkan berat tubuh rata-rata saat berada di dalam air. Maka anda tidak perlu takut tenggelam saat berada di dalam air.
Cara pemakaian PFD/Pelampung:
Pilihlah PFD yang berwarna cerah. Pastikan tidak ada lubang atau jahitan yang terlepas pada PFD tersebut, serta strap yang ada dapat dipasang dan dilepas dengan mudah. Bila bagian perut anda lebih besar dari bagian dada, pilih dan pakailah PFD dengan ukuran lebih besar.
PFD atau pelampung dipakai seperti menggunakan rompi/jaket. Pastikan setiap strap terpasang dengan benar dan bantalan kepala berada di luar. Atur keeratan tali senyaman mungkin, sehingga PFD yang anda gunakan tidak terlalu sempit atau longgar.
Setelah anda selesai memakai PFD, lakukan gerakan berikut:
1. Pada posisi berdiri, putarkan badan anda ke kiri dan kanan. Pastikan PFD yang digunakan tidak menghambat gerak tubuh anda dan tidak mengalami pergeseran/perubahan posisi. Ini ditandai dengan letak strap tetap pada satu garis tegak lurus seperti posisi kancing kemeja. Jika terjadi pegeseran, atur kembali keeratan tali pada setiap strap. Jangan malu dan ragu untuk minta skipper/rekan membantu mengatur keeratan tali strap ini.
2. Pada posisi duduk kedua kaki diluruskan kedepan; putarkan badan anda ke kiri dan kanan lalu lakukan gerakan membungkuk. Pastikan PFD yang digunakan tidak menghambat gerak tubuh anda. Jika terjadi pegeseran, atur kembali keeratan setiap strap yang ada.
3. Masih dalam posisi duduk dan kedua kaki diluruskan ke depan, minta bantuan skipper/rekan untuk menarik/mengangkat pelampung yang anda gunakan pada bagian bahu dari arah belakang. Pastikan saat pelampung dan tubuh anda ditarik/diangkat, posisi bahu pelampung tidak melebihi batas telinga anda. Jika ya, atur kembali keeratan setiap strap yang ada.
C. Paddle (Dayung)
T grip, Shaff, Neck, & Blade yang dirangkai menjadi satu disebut Paddle |
Keseluruhannya disebut Dayung atau secara Universal disebut Paddle yang terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1) Pegangan, berbentuk huruf “T”, secara Universal disebut “T grip”.
2) Gagang, terbuat dari bahan alumunium secara Univesal disebut "Shaff".
3) Bilah, terbuat dari bahan fiber dilapisi serat karbon yang ringan dan kuat. Namun ada pula yang terbuat dari bahan campuran plastik, secara Universal disebut "Blade".
Cara memegang dayung:
Memegang dayung dalam kegiatan arung jeram mirip dengan cara memegang dan mengayunkan sapu. Yang membedakannya hanya pegangan pada bagian “T-Grip”.
Bagian ini digenggam dengan empat jari pada bagian atas T horisontal (dayung dalam posisi berdiri dan bagian bilah berada dibawah), sementara jari jempol menjepit bagian T horisontal dari bagian bawah bawah. Cara memegang ini sama untuk tangan kiri (peserta yang duduk pada bagian kanan perahu), maupun kanan (peserta yang duduk pada bagian kiri perahu).
Lengan yang lain menggenggam bagian gagang, berjarak lebih kurang sejengkal dari bilah dayung. Jangan terlalu dekat/rendah ataupun terlalu jauh/tinggi. Biasakan diri dengan cara memegang dayung ini, baik dengan tangan kanan maupun kiri. Lakukan pemanasan dengan menggunakan dayung bersama rekan-rekan anda.
Helm standart rafting bagian samping sampai menutup telinga |
D. Helm Standart Rafting
Helm yang digunakan untuk rafting sedikit berbeda dengan helm caving atau panjat, helm rafting didesign menutupi telinga selain berfungsi melindungi kepala dari benturan, juga untuk meminimalisir air yang masuk ke telinga. Pilihlah helm sesuai dengan ukuran kepala. Pastikan tidak ada keretakan pada helm tersebut, serta semua tali dan strap masih dalam kondisi yang baik. Pakailah seperti pemakaian helm pada umumnya.
Atur strap senyaman mungkin; jangan terlalu sempit atau terlalu longgar agar tidak mengganggu pandangan anda selama pengarungan. Sekali lagi, pastikan strap sudah terpasang dan pada posisi yang benar.
E. Pompa.
Berfungsi untuk memasukkan udara kedalam perahu. Pompa dibagi dalam pompa kaki dan pompa tangan.
F. Repair kit.
Terdiri dari lem, benang, nylon, jarum jahit, dan bahan penambal.
G. Tali penyelamat (Rescue Rope/ Throw Bag).
Berfungsi untuk menolong awak perahu yang terjatuh ke sungai dan dapat berguna juga dalam linning saat scouting. Tali terbuat dari bahan nylon dengan warna mencolok agar dapat terlihat oleh swimmer, mempunyai daya apung yang tinggi.
H. Kantung kedap air (Dry Bag).
Kantong ini berguna untuk menyimpan kamera, obat-obatan, makanan dan benda-benda lain agar tidak basah.
I. Body Flip/ Flip Line
Adalah carabiner yang terkait dengan webbing atau paracord yang disimpul, digunakan untuk membalikkan River Boat yang mengalami flip.
J. P3K.
Obat-obatan dan perlengkapan perawatan harus disesuaikan dengan medan yang diarungi , cuaca pada waktu pengarungan dan lain-lainnya.
K. Peluit.
Digunakan sebagi pembantu dalam pemberian kode bahaya tertentu.
III. PADDLE COMMAND (INSTRUKSI DAYUNGAN DALAM PENGARUNGAN)
Setelah anda terbiasa dengan cara memegang dayung, anda akan diberikan instruksi cara menggunakan dayung tersebut. Instruksi ini disebut paddle command. Prinsip dalam menggunakan dayung, adalah tenaga disalurkan pada kedua lengan yang menggerakkan dayung untuk mengatur dan mengarahkan gerak perahu. Arah dayungan tersebut dibantu gerakan badan; disesuaikan dengan tenaga yang diperlukan untuk mengatur dan mengarahkan gerak perahu.
Basic Paddle Technic, instruksi tentang teknik dasar mendayung, yaitu:
1) Forward (Maju)
Instruksi yang diberikan untuk dayungan maju, dilakukan oleh seluruh peserta dengan menarikblade/bilah dayung yang berada didalam air kearah belakang searah perahu. Posisi blade/bilah dayung saat menyentuh air adalah tegak lurus terhadap permukaan atau mendekati 90 derajat. Pada saat keluar dari air, dayung diarahkan sejajar dengan permukaan; berputar mendekati 90 derajat hingga bilah dayung kembali menyentuh air. Gerakan ini dilakukan berulang-ulang sampai ada instruksi lanjutan.
2) Backward (Mundur)
Instruksi yang diberikan untuk dayungan mundur, dilakukan oleh seluruh peserta dengan menarikblade/bilah dayung yang berada di dalam air ke arah depan searah perahu. Posisi blade/bilah dayung saat menyentuh air adalah sejajar dengan permukaan air. Begitu pun saat keluar dari air, dayung diarahkan sejajar dengan permukaan; berputar hingga bilah dayung kembali menyentuh air. Gerakan ini dilakukan berulang-ulang sampai ada instruksi lanjutan.
3) Turn Left (Pancung Kiri)
Instruksi untuk membelokkan perahu ke arah kiri. Gerakan ini dilakukan dengan dayungan maju oleh peserta yang duduk pada perahu bagian kanan, sementara peserta pada kiri perahu stop mendayung. Jika skipper merasa perlu untuk membelokkan perahu ke kiri dengan cepat, maka posisi peserta yang duduk pada bagian kiri melakukan dayungan mundur.
Untuk memperjelas instruksi, biasanya skipper akan mengatakan “kanan-maju” dan “kiri-mundur”! Artinya, peserta yang duduk pada bagian kanan melakukan dayungan maju, sementara peserta pada bagian kiri melakukan dayungan mundur.
4) Turn Right (Pancung Kanan)
Instruksi yang diberikan untuk membelokkan perahu ke arah kanan; kebalikan dari instruksi turn left (belok kiri). Gerakan ini dilakukan dengan dayungan maju oleh peserta yang duduk pada perahu bagian kiri, sementara peserta pada bagian kanan stop mendayung.
Jika skipper merasa perlu membelokkan perahu ke kanan dengan cepat, posisi peserta yang duduk pada bagian kanan melakukan dayungan mundur. Untuk memperjelas instruksi, biasanya skipper akan mengatakan “kiri-maju” dan “kanan-mundur”! Artinya, peserta yang duduk pada bagian kiri melakukan dayungan maju, sementara peserta yang duduk pada bagian kanan melakukan dayungan mundur.
5) Stop (Berhenti)
Instruksi yang diberikan untuk menghentikan dayungan; semua dayung tidak berada dalam air, digenggam dengan posisi di atas pangkuan.
IV. SELF-RESCUE
Self-Rescue |
Dalam kegiatan arung jeram, keselamatan setiap awak adalah hal yang utama. Banyak faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan kegiatan arung jeram ini. Namun peserta harus selalu menyadari, kegiatan arung jeram tidak akan pernah lepas dari segala resiko dan bahaya; baik oleh faktor manusia, peralatan, maupun faktor alam yang menyertainya.
Meski begitu, anda tidak perlu cemas, karena justru di sinilah letak salah satu kegembiraan yang akan anda rasakan saat bermain-main dengan air yang memacu adrenaline.
Self rescue atau tindakan penyelamatan diri saat melakukan kegiatan arung jeram ini perlu anda cermati betul. Walaupun anda dipandu skipper yang berpengalaman, ia tetap memiliki keterbatasan ketika anda terlepas dari rombongan. Sehingga hal terbaik yang harus anda lakukan adalah melakukan tindakan penyelamatan diri sebelum datang tim rescue yang akan membantu anda.
Prinsip setiap tindakan penyelamatan dalam kegiatan arung jeram, adalah menyelamatkan diri sendiri sebelum melakukan tindakan penyelamatan terhadap orang lain. Si penyelamat harus benar-benar berada dalam kondisi yang aman dalam melakukan tindakan penyelamatan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari resiko lainnya dan kemungkinan bertambahnya korban.
Berikut dijelaskan hal apa saja yang harus anda lakukan dalam self rescue:
1. Swimmer
Swimmer adalah istilah yang digunakan oleh kalangan boater secara universal untuk menyebut orang yang terlempar keluar dari perahu saat berarung jeram. Jika anda belum pernah mengalaminya, percayalah suatu saat anda akan mengalaminya. Bagi anda yang baru kali pertama melakukan kegiatan arung jeram, tidak perlu khawatir.
Banyak peserta yang kali pertama mengikuti kegiatan arung jeram mengalami hal ini dan tidak terjadi apa-apa dengan mereka. Bahkan menjadi cerita menarik bagi rekan-rekannya dan menimbulkan kesan tersendiri bagi yang mengalami. Namun tak sedikit pula peserta yang tidak mengalaminya dalam setiap kegiatan yang diikuti.
Hal pertama yang harus anda lakukan jika menjadiswimmer adalah: Do Not Panic Jangan panik!
Mengapa jangan panik? Karena jika terjadi kepanikan, anda tidak akan tahu apa yang harus anda lakukan untuk tindakan self rescue. Setelah anda dapat mengatasi rasa panik, selanjutnya anda harus menyadari dan mengetahui situasi di sekeliling anda. Dalam kegiatan arung jeram setiap awak dituntut untuk disiplin, dapat berpikir dan mengambil keputusan secara cepat dan akurat, karena arung jeram terkait dengan momentum.
2. Teknik berenang di arus
a. Defensive swimming position
Teknik defensive swimming position paddle diangkat |
Defensive swimming position adalah berenang mengikui arus dalam posisi terlentang kepala di hulu dan kaki ke arah hilir (inilah alasan utama pelampung arung jeram didesain dengan bantalan tengkuk dan belakang kepala). Kemudian posisi dayung diangkat ke atas, jangan mencelupkan dayung ke dalam air agar tidak menghambat laju atau membalikkan posisi swimer. Usahakan kaki dalam keadaan rapat dan selalu berada di atas air untuk menghindari foot entrapment. Defensive swimming dilakukan pada arus deras dengan pandangan terarah ke hilir sambil memperhatikan bentukan morfologi sungai untuk melakukan eddy to eddy swim. Gunakan tangan sebagai pengatur keseimbangan dengan dayung terus diangkat ke atas sambil melakukan sedikit manufer dengan dayung untuk menuju pinggiran sungai dan menghindari berbagai rintangan lainnya.
Ingat … menjadi swimmer merupakan kondisi trouble walaupun tidak terjadi sesuatu selama anda melakukan defensive swimming dan anda mulai menikmatinya, anda tidak dalam posisi yang benar-benar aman. Berusahalah untuk menggapai tepian sungai dan segera lakukan aggressive swimming untuk keluar dari mainstream. Jangan mencoba berdiri, meskipun pada daerah dangkal sekalipun, sebelum anda mencapai tepian sungai atau berada pada arus yang cukup tenang.
b. Aggressive swimming position
Aggresive swimming position atau sering disebut dengan renang aktif |
Aggressive swimming position adalah berenang active dengan cara memotong arus. Dilakukan pada arus yang relatif tenang dengan posisi menghadap ke hulu. Tujuannya, untuk mendekati perahu penolong, menghindari strainer, sieves, undercut, dan untuk menyeberang ke sisi tepian sungai yang lain dengan cepat. Ingat, aggressive swimming ini hanya efektif dilakukan pada arus sungai yang relatif tenang. Jika anda lakukan ini pada arus mainstream deras, tenaga anda akan terbuang percuma; anda akan tetap terseret arus deras.
Berikut ini beberapa pertanyaan yang dapat membantu anda mendefinisikan situasi di sekeliling anda saat anda mengalami swimmer dan menentukan tindakan apa yang harus anda lakukan:
*Apakah di belakang anda terdapat perahu? (Baik perahu yang melemparkan anda ataupun perahu rescue lain)
Jika ya, berusahalah mendekatinya dari arah samping pada arus yang relatif tenang dengan aggressive swimming position. Jangan lakukan ini dari arah depan karena anda dapat terlindas atau terseret perahu. Jika telah dekat, gapai dan peganglah boat line pada perahu. Tunggu sampai rekan anda menarik dan menaikkan anda ke atas perahu kembali dengan cara menarik bahu pelampung yang anda kenakan.
Jika tidak, lakukan aggressive swimming ataupun defensive swimming lakukan manufer menuju tepian sungai.
*Apakah di dekat anda terdapat tim rescue darat yang akan melemparkan throw bag/rescue rope?
Jika ya, raih throw bag/rescue rope yang dilemparkan. Pegang erat pada bagian tali, jangan pada bagian kantong tali. Pegang dengan tetap melakukan teknik defensive swimming sampai tim rescue mengarahkan anda ke tepian sungai.
Jika tidak, berusahalah melakukan aggressive swimming ataupun defensive swimming menuju tepian sungai.
*Apakah di dekat anda terdapat rintangan atau obstacle (bebatuan, dahan/ranting, atau pohon tumbang)?
Jika ya, hindari daerah tersebut baik dengan aggressive swimming ataupun defensive swimming.
Jika tidak, lakukan aggressive swimming ataupun defensive swimming menuju tepian sungai.
*Apakah di dekat anda terdapat undercut, strainer, dan sieves?
Jika ya, hindari daerah tersebut secepat mungkin dengan aggressive swimming.
Jika tidak, lakukan aggressive swimming ataupun defensive swimming menuju tepian sungai.
*Apakah anda berada di bawah perahu terbalik?
Jika ya, segeralah keluar dari bawah perahu dengan cara menyelam ke arah hulu atau ke samping. Jangan menyelam ke arah hilir karena anda akan tetap terperangkap di bawah perahu.
Jika tidak, lakukan aggressive swimming ataupun defensive swimming menuju tepian sungai.
*Apakah anda berada di dalam hole/hydraulic (arus berputar-putar)?
Jika ya, lakukan aggressive swimming dengan mengikuti putaran arus ke arah luar yang menuju hilir. Atau dapat juga dilakukan dengan menyelam pada bagian tengah pusaran dengan posisi berdiri sampai kaki menyentuh dasar sungai; lalu tolakkan kaki anda sekuat mungkin ke arah hilir.
Jika tidak, lakukan aggressive swimming ataupun defensive swimming menuju tepian sungai.
IV. KARAKTERISTIK SUNGAI (MORFOLOGI SUNGAI)
A. Jeram / Riam
Jeram (rapid) adalah bagian dari sungai dimana aliran air mengalir dengan deras yang melintasi suatu rintangan. Jeram juga biasanya diartikan dengan air yang cepat dan berbahaya.
Jeram terbentuk karena beberapa faktor :
• Volume air
• Tingkat kecuraman / kemiringan sungai (Gradien)
• Tonjolan dasar sungai ( Roughness)
• Rintangan (Obstacles)
• Penyempitan leher penampang sungai (Bottle Neck), makin sempit makin deras arusnya.
B. Rintangan-Rintangan Sungai
Rintangan bermacam-macam bentuknya, seperti batu, dinding sungai, bongkahan, relief dasar sungai, tikungan dan masih banyak lainnya seperti dibawah ini :
- Longsoran / runtuhan, berupa pecahan batu besar dan tebing sungai yang runtuh yang menciptakan lorong-lorong dibawah air.
- Strainer, suatu penghalang atau benda yang berada tidak jauh diatas permukaan air. Biasanya pada lembah sempit (misal pohon tumbang).
- Undercut, Biasanya terdapat pada tebing di kelekon sungai berupa rongga di bawah air akibat terjadinya abrasi.
- Entarpment, Sungai dangkal berbatu dengan arus yang deras.
- Dam, Tebing kecil pada sungai atau bagian dari sungai yang permukaan dasarnya langsung curam, secara vertikal menyebabkan perbedaan ketinggian permukaan sungai yang cukup tinggi. Dam dapat menyebabkan arus balik yang cukup mematikan.
- Tongue (lidah air) atau Wave (ombak), merupakan awal Dari jeram/riam sebagai percepatan arus yang bentuknya terlihat dari atas seperti V. Arus ini dibentuk oleh dua buah rintangan berupa batu atau hole, atau karena kecuraman yang tidak teratur. Tongue/wave terbagi atas :
• Ombak berdiri (Standing wave / Breaking wave). Ombak dengan luapan sangat besar, ombak menghasilkan guncangan dan hentakan balik yang cukup keras akibat dua rintangan besar batu atau hole.
• Ombak V (V wave). Ombak akibat dari tingginya kemiringan, penyempitan atau derasnya arus akibat 2 atau lebih rintangan yang ada disebelahnya. Ombak ini sangat bagus untuk diarungi.
• Ombak tak beraturan (Side Curling Wave). Ombak yang sangat mudah dapat merubah arah perahu.
- Stopper (gelombang balik)
Merupakan gelombang yang berputar vertikal atau terbalik ke hulu sungai yang disebabkan oleh penurunan dasar sungai.
Jeram ini dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
• Hole. Pemukaan air yang berbentuk lobang dan ada sirkulasi air dibelakang lubang tersebut. Stopper ini terjadi akibat adanya suatu rintangan didasar sungai yang membentuk cekungan / lubang yang dapat menahan, menjebak dan membalikkan perahu kedalam buih ynag berbahaya. Hole yang sangat besar dan terdapat sirkulasi air dari segala arah disebut dengan ‘Toilet_bowl’, karena bentuk dan sifat fisiknya seperti air kloset waktu di _flushing (hole yang sangat berbahaya). Hole yang tidak terlalu besar berguna dalam mengurangi kecepatan dan membantu manuver perahu (bagus untuk dilintasi).
• Gelombang Pecah. Stopper terjadi akibat adanya penurunan dasar sungai yang terjal kemudian datar kembali.
• Eddy / Eddies (arus balik). Eddies yaitu stopper dimana suatu arus sungai seakan-akan berhenti dan berbalik ke arah hulu sungai (up-stream). Eddies terbentuk karena adanya arus yang menabrak rintangan seperti batu atau benda-benda lainnya dan tidak dapat melewati rintangan tersebut sehingga akan terjadi kekosangan atau kekurangan air serta perbedaan tekanan air. Oleh sebab itu, air dari arah lain akan mengalir kembali keatas untuk menyamakan permukaan di daerah lain. Eddies biasanya berada bersebelahan dengan arus utama, pada tikungan, dibelakang benda berupa batu-batu besar. Makin deras arus makin kuat eddies yang ditimbulkan. Eddies berguna dalam self rescue atau ketika pengarungan sebagai tempat berhenti / atau istirahat, sebagai pengurang kecepatan atau break, serta menolong dalam manuver membelokkan perahu.
- Bends (belokan). Arus sungai yang deras dan membentur dinding pada suatu belokan sebelah luar.
- Shallows (pendangkalan). Aliran sungai menjadi lebih cepat dikarenakan adanya pedangkalan dasar sungai, ditandai dengan riak-riak kecil air.
V. TROUBLE DALAM PENGARUNGAN
Masalah yang sering terjadi adalah terlempar dari perahu dan berenang di jeram sungai, hal pertama yang harus dilakukan adalah jangan panik baik anggota tim yang jatuh maupun yang berada diatas perahu atau yang akan menolong. Berikut beberapa teknik Self Rescue dalam kondisi kecelakan tertentu :
a. Awak yang terlempar dari atas perahu (Swimmer)
Hal yang perlu diingat dan dilakukan saat sedang berenang di jeram,yaitu :
1 . Tenang. Yakinkan diri bahwa pelampung kuat mengangkat tubuh anda ke permukaan air secepatnya.
2 . Jika anda muncul di bawah perahu, gunakan tangan anda untuk menggeser badan ke arah samping perahu.
3 . Jika kesulitan untuk naik ke atas perahu jangan ragu minta bantuan pada anggota tim lain yang berada diatas perahu untuk membantu.
4 . Jika tidak dapat kembali ke perahu secepatnya berenang dengan posisi duduk atau telentang, dengan kaki di usahakan sedekat mungkin dengan permukaan air, badan menghadap ke arah hilir sungai.
5 . Jika ada batu di depan, sambut dengan kaki, badan kemungkinan akan terputar. Setelah itu kembali ke posisi semula.
6 . Bila melihat jeram mulai kecil dan sedikit, berenanglah segera menuju ke tepi sungai atau bila ada eddies, berenaglah menuju ke eddies. Kemudian tunggulah hingga dijemput anggota tim lainnya.
Posisi telentang menghadap ke arah hilir sungai dengan kaki tetap berada di atas permukaan air dan pandangan selalu mengarah kedepan dimaksudkan agar kita dapat mengetahui rintangan yang ada di depan kita seperti batu strainer dan lain-lainnya, juga untuk menghindarkan diri dari kaki terjepit di celah batu.
Hal lainnya yaitu juga untuk membantu kita mengorientasi bagian depan sungai untuk antisipasi tindakan penyelamatan.
b. Perahu Terjebak dan membungkus batuan (Wrap)
Perahu wrap di batu atau di dinding sungai yaitu keadaan dimana perahu terbentur batu / dinding, sedangkan arus kuat mendorong dari arah berlawanan. Jika sisi bagian hulu tertekan air dan tenggelam maka perahu akan melekat di batu / dinding. Cara melepaskan diri yaitu dengan teknik ‘Filp Line’ (jika Wrap ringan) yaitu dengan mendorong atau menarik perahu ke arah bagian batu yang tidak menyebabkan wrap, cara lain yaitu dengan teknik ‘Z-Drag’ (bila wrap berat) yaitu dengan mengempiskan salah satu katup tabung perahu.
Keadaan wrap ini dapat dihindari jika pada saat perahu akan membentur batu atau dinding anggota tim pindah posisi ke sisi yang berada pada sisi perahu yang akan menabrak batu /dinding. Akibatnya sisi bagian hulu (sisi perahu yang dikosongkan) akan terangkat sehingga arus kuat melewati bagian bawah perahu.
c. Perahu Terbalik (Flip)
Keadaan ini bisa disebabkan ketika melewati dam, hole ataupun saat masuk eddies yang kuat dan besar.
Teknik dalam membalikkan perahu :
1. Bagi tugas anggota tim yang naik ke perahu yang terbalik dengan yang tetap berada di air sambil memegang erat perahu (pada D-ring atau pada Toat perahu)
2. Anggota tim yang diatas perahu memasangkan carabiner ke D-rig lalu mengikatnya dengan tali / webbing (sisi yang akan dibalik).
3. Lakukan pembalikkan perahu dengan menarik tali atau dengan bantuan T-grip dayung (terlebih dahulu dikaitkan dengan tali). Posisi pembalik perahu berada di bagian sisi yang menjadi tumpuan atau lawan dari sisi yang akan ditarik.
Anggota tim dibawah bersiap-siap (memegang erat toat perahu). Perahu dibalik dengan cara tali ditarik ke arah belakang yang didahului dengan hentakan keras hingga perahu oleng terbalik kembali.
4. Setelah perahu terbalik seperti semula, posisi anggota tim yang tadinya diatas perahu terbalik kini berada dibawah dan sebaliknya dengan anggota tim yang dibawah kini berada diatas perahu.
5. Anggota tim yang kini diatas membantu menaikkan anggota tim yang berada dibawah.
6. Selama dalam pembalikkan perahu (Flop) diusahakan agar barang-barang tidak boleh hilang contohnya dayung.
d. Perahu terjebak dan berhenti (Trapp)
kondisi perahu trapp saat menerjang batu besar yang membelah arus air yang deras
Penggunaan peralatan penyelamat dan tali-temali (rescue rope)
Dalam self rescue juga digunakan alat bantuan dalam penyelamatan misalnya menggunakan rescue rope atau tali lempar ketika ada peserta yang hanyut, tertahan di hole, terperangkap di jeram, di atas batu, di eddies, ketika ada perahuyang wrap atau terjepit diantara batu.
VI. KLASIFIKASI TINGKAT KESULITAN SUNGAI
Flip |
Flop |
Tak disangsikan lagi, arung jeram telah menjadi suatu kegiatan yang sangat populer dibandingkan dengan kegiatan kepetualangan lainnya. Arung jeram dapat dinikmati beramai-ramai tanpa memandang usia, status sosial, tingkat pendidikan, dan profesi seseorang.
Saat ini telah banyak sungai yang dapat diarungi serta dikelola secara profesional oleh beberapa operator arung jeram. Mereka menawarkan berbagai paket kegiatan dengan tingkatan umur dan kemampuan calon kunsumennya. Mulai dari sungai dengan tingkat kesulitan mudah, sampai sungai yang menjanjikan tantangan dan petualangan.
Berikut ini penjelasan tentang ragam tingkat kesulitan sungai:
Class I (Easy)
Air sungai mengalir tenang dan kadang-kadang diiringi riam kecil. Jarang dijumpai rintangan seperti batu, pusaran air atau air terjun. Lintasan pengarungan jelas sehingga tidak memerlukan pengamatan terlebih dahulu.Tingkat kesulitan sungai yang paling rendah, dengan arus yang bervariasi dari flat (datar) dan relatif tenang, sampai sedikit beriak pada beberapa tempat. Resiko berenang di sungai ini sangat rendah dan self-rescue sangat mudah dilakukan.
Class II ( Novice)
Air sungai dengan ombak tidak terlalu tinggi. Jarak antar batu besar agak renggang. Self rescue masih mudah dilakukan' Cocok untuk pemula: sungai yang lebar dan arus yang cukup deras, Kesempatan untuk melakukan scouting (pengintaian) untuk menentukan lintasan dapat diterapkan namun cenderung belum perlu.
Sesekali, manuver perahu perlu dilakukan; bebatuan dan jeram medium dapat dengan mudah dilewati oleh pengarung yang terlatih. Awak yang terlempar keluar perahu dan terhanyut jarang sekali mengalami cidera. Sungai dengan tingkat kesulitan ini cocok untuk latihan dasar kegiatan arung jeram.
Class III (Intermediate)
Sungai dengan tingkat kesulitan menengah; jeram mulai tidak beraturan dan cukup sulit, serta dapat menenggelamkan perahu. Manuver-manuver pada arus deras serta kontrol perahu pada lintasan sempit sering diperlukan. Jeram-jeram besar dan strainers mungkin ada, namun dapat dengan mudah dihindari. Pusaran arus yang kuat dan deras sering ditemukan, terutama pada sungai-sungai besar.
Cidera saat terlempar keluar perahu dan terhanyut masih sangat jarang; self-rescue biasanya masih mudah dilakukan namun pertolongan bantuan sudah mulai diperlukan untuk menghindari resiko yang mungkin terjadi. Sungai dengan tingkat kesulitan ini sangat cocok untuk kegiatan wisata minat khusus.
Class IV (Advance)
Jeram sulit dan sambung-menyambung. Gelombang air bisa mencapai 2 meter dengan variasi kelokan cukup tajam. Posisi batuan berdekatan dan cukup berbahaya dan arusnya liar. Scouting dan manuver cepat dan terlatih sangat diperlukan . Medan cukup potensial untuk kecelakaan. Self rescue sulit dilakukan dan tim rescue sangat perlu dalam pengarungan.
Jeram-jeram besar, hole, dan lintasan sempit yang tidak dapat dihindari memerlukan manuver yang cepat. Berhenti sejenak pada arus sedikit tenang mungkin diperlukan sebelum memulai maneuver; sekedar mengamati arus atau untuk istirahat. Karena pada jeram-jeram tertentu, bahaya selalu mengancam.
Resiko cidera bagi penumpang hanyut cukup besar dan kondisi air menyebabkan self-rescue sulit dilakukan sehingga perlu pertolongan bantuan. Pertolongan bantuan tersebut memerlukan latihan khusus agar teknik penyelamatan dapat dilakukan dengan benar. Tentunya dengan dukungan peralatan memadai, pengetahuan cukup, dan keterampilan yang memadai.
Class V (Expert)
Sungai dengan tingkat kesulitan tinggi. Hanya cocok untuk pengarung jeram yang sudah menguasai teknik pengarungan dan memiliki pengalaman yang cukup pada sungai Sungai pada class ini memiliki jeram yang banyak dan panjang dengan berbagai rintangan yang dapat menyebabkan resiko tambahan bagi seorang pendayung.
Drops atau penurunan yang tiba-tiba, jeram-jeram sulit, hole, tebing terjal yang tak terhindari, sampai waterfall (air terjun) sering dijumpai pada sungai ini. Jeram yang dilewati seringkali beruntun pada jarak cukup panjang, sehingga membutuhkan ketahanan fisik yang tinggi.
Kalaupun ada pusaran air tenang (eddies), jumlahnya sangat sedikit sekali dan cukup sulit untuk diraih. Pada skala tertinggi, sungai dengan tingkat kesulitan ini memiliki kombinasi jeram yang sangat beragam, mulai dari curler, hair, hay stakes, headwall, strainer, under cut, wave train, sampai pin hole yang sangat berbahaya dan mematikan.
Terlempar keluar dari perahu pada sungai ini sangat berbahaya dan tindakan penyelamatan sering sulit dilakukan bahkan untuk seseorang yang mahir sekalipun. Peralatan yang tepat, pengalaman yang luas, dan latihan keterampilan dalam penyelamatan sangat penting.
Class VI (Extrime)
Sungai dengan tingkat kesulitan tertinggi. Pengarungan di sungai ini hampir tidak mungkin dilakukan karena jeram yang ada tidak dapat diprediksi dan sangat berbahaya. Konsekuensi suatu kesalahan dalam pengarungan di sungai ini sangat berat; tindakan penyelamatannya hampir tidak mungkin dilakukan.
Sungai dengan tingkat kesulitan ini hanya untuk tim khusus yang memiliki keahlian tinggi–bukan untuk diarungi perorangan–setelah seringkali mengarungi sungai tingkat kesulitan class V.
Ragam klasifikasi tingkat kesulitan sungai di atas merupakan tingkat kesulitan sungai yang ditetapkan secara internasional. Namun, klasifikasi ini masih sangat variatif dan dapat berubah-ubah walau masih pada sungai yang sama. Hal itu karena tingkat kesulitan ini sangat tergantung pada debit air dan kemiringan sungai. Sehingga pada waktu-waktu tertentu, sungai-sungai tersebut memiliki tingkat kesulitan yang mungkin bertambah atau mungkin berkurang.
Karena itu, oleh kalangan penggiat arung jeram, di belakang ”class sungai” sering ditambahkan tanda “+” (plus). Misalnya, sungai Citarik yang memiliki tingkat kesulitan III+. Artinya, pada jeram-jeram tertentu sungai citarik memiliki tingkat kesulitan yang setara dengan sungai Class IV.
0 Comments:
Posting Komentar